Guruku,
Upasaka Li Bing-nan merupakan teladan terbaik bagi diriku. Selama satu
dasawarsa saya mengikuti beliau belajar ajaran sutra, bukanlah kurun waktu yang
singkat, beliau makan sehari satu kali saja, yakni sebelum melewati tengah
hari, menjalani kehidupan yang begitu bersahaja.
Biaya
hidupnya sehari adalah 2 dolar (Taiwan). Saya meneladani beliau makan sehari
satu kali saja, tapi porsiku lebih banyak, makanya biaya hidupku sehari adalah
3 dolar.
Sepanjang
hayatnya, Guru Li tidak pernah mengubah gaya hidup bersahaja-nya! Pakaian yang
beliau kenakan, meskipun baju lama, tapi bersih dan rapi. Setelah Guru Li
wafat, murid-muridnya merapikan barang-barang peninggalannya, barulah tahu
bahwa pakaian dalam yang beliau kenakan selama ini sudah ditambal sana sini, demikian
pula kaus kaki yang beliau kenakan, entah sudah berapa kali ditambal, tidak ada
sepasang pun yang baru. Beliau menambalnya sendiri.
Padahal umatnya
begitu banyak, di Taiwan, tidak ada yang sebanding dengan beliau. Jumlah
anggota Asosiasi Lotus Taichung waktu itu, ketika saya masih berada di sana, Asosiasi
Lotus sudah berdiri 10 tahun, waktu itu anggota Asosiasi Lotus sudah berjumlah
200 ribu orang.
Saya
berada di Asosiasi Lotus selama satu dasawarsa, ketika saya meninggalkan
Asosiasi Lotus, yang berarti Asosiasi Lotus telah berdiri selama 20 tahun,
anggotanya telah bertambah hingga mencapai jumlah 500 ribu orang.
Tidak ada
seorang pun yang tidak menyayangi Guru Li, tidak ada seorang pun yang tidak menghormati
Guru Li, mempersembahkan sandang pangan kepada Guru Li, namun Guru Li tidak
pernah mengambil buat dirinya pribadi.
Pernah
ada umat yang mempersembahkan pakaian baru buat Guru Li, begitu umat tersebut
pulang, Guru Li segera memberi pakaian tersebut kepada orang yang kurang mampu,
beliau sendiri tetap mengenakan pakaian lama.
Beliau
adalah pegawai negeri yang memiliki gaji tetap, hitung-hitung pemasukannya
sebulan sekitar lebih dari 400 dolar, sedangkan biaya hidupnya perbulan cuma 60
dolar, sisanya seluruhnya didanakan untuk melakukan kebajikan.
Guru Li
memperlihatkan teladan kepada kita semuanya. Sepanjang hidup tinggal di rumah
yang ukurannya sangat sempit, mudah dibersihkan dan dirapikan.
Tinggal
sendirian, tidak ada yang menjaganya, beliau juga tidak butuh, setelah berusia
95 tahun, barulah ada dua orang murid yang menjaganya.
Sebelumnya
Guru Li mencuci pakaian sendiri, memasak sendiri, membersihkan rumah sendiri,
semuanya dikerjakan sendiri.
Saya
mengikuti Guru Li belajar ajaran sutra selama satu dasawarsa, saya menyaksikan
dengan mata dan kepala sendiri, bagaimana kehidupan yang beliau jalani, kalau
dikatakan cuma pura-pura, mustahil bisa berlakon hingga satu dekade lamanya.
Guru Li
merupakan praktisi sejati yang telah melepaskan segala kemelekatan.
Kutipan Ceramah
Master Chin Kung 21 Desember 2010
我的緣很殊勝,老師給我做了榜樣。我跟李老師跟他學經教十年,這個時間不算短,他老人家一天吃一餐飯,日中一食,生活非常簡單。一個月的生活費用,我們那個時候在一起,台幣(台灣錢)兩塊錢一天的生活費用,我跟他學,我年輕吃得比他多,我也吃一餐,但是我一餐要三塊錢,他一餐兩塊錢就夠,怎麼跟他比也比不上。他一生如是!在的時候,我們看他每天穿的衣服,雖然是舊衣服乾乾淨淨、整整齊齊。老人家往生之後,到他房間裡面去仔細看看,才知道裡面的汗衫、短褲都是補丁的,襪子每一雙都是補的,沒有一雙是新的,沒有,全是補的補很多,都是自己補的。他的信徒不少,在台灣沒人能跟他相比。台中蓮社的蓮友,我到台中的時候,台中已經開辦十年,那個時候的信徒二十萬人。我在那裡跟他老人家十年,我離開的時候就是二十年,台中蓮社二十年,蓮友增加到五十萬人。沒有一個不愛老師、不敬老師的,送給老師的衣服,那個送的人走了,老師就把這個衣服送給一些貧窮的人,他自己不穿。他自己有收入,收入不錯,在當年那個時候,他每個月有四百多塊錢收入,你看一個月生活費用只要六十塊錢,全部拿去布施做好事去了。老師做出榜樣來給我們看。一生住個小房子,很小,小房子容易收拾,容易打理。一個人住,沒有人照顧他,他不需要,他到九十五歲以後,有兩個同學,這兩個同學是姊弟兩個發心照顧老師,才勉強接受,九十五歲。九十五歲之前洗衣服、燒飯、整理環境,都是自己來。老師給我做榜樣。在經典上我們看到釋迦牟尼佛的生活方式,我跟這個老師跟他十年,我看到他的生活,他不是假的,真學佛,一切放下。
文摘恭錄 — 淨土大經解演義 (第二二八集) 2010/12/21
Dalam
menyebarluaskan Buddha Dharma memberi manfaat bagi semua makhluk, hendaknya
menuruti jodoh yang ada, janganlah memaksakan kehendak.
Kalau
memang punya jodoh begini, lakukanlah dengan serius, baik-baiklah mewujudkan
sebuah prestasi. Prestasi bagaimanakah yang dimaksud?
Pada
era sekarang ini, mengapa Guru Sesepuh Aliran Sukhavati yang ke-13, Master Yin
Guang menasehati kita supaya membangun vihara berukuran kecil saja? Asalkan
bisa memuat 20 orang saja sudah cukup, melafal Amituofo bersama-sama.
Hal
ini serupa dengan pada masa Dinasti Jin Timur (317-420), Master Hui Yuan, Pendiri
Aliran Sukhavati di Tiongkok, membangun Vihara Donglin di Lushan, yang khusus
melatih metode pelafalan Amituofo, waktu itu ada 123 praktisi yang menetap dan
melafal Amituofo di vihara tersebut. Mereka membulatkan tekad terlahir ke Tanah
Suci Sukhavati.
Syarat
untuk tinggal di dalam vihara tersebut adalah tidak boleh berjalan keluar
melewati garis batas yang telah ditentukan, jadi praktisi tidak boleh keluyuran
keluar dari lingkungan vihara, memutuskan segala interaksi dengan dunia luar,
alhasil praktisi yang berjumlah 123 orang, semuanya berhasil terlahir ke Alam
Sukhavati.
Hari
ini kalau kita berniat membangun vihara, hendaknya juga demikian, Master Yin
Guang menetapkan batasan umat 20 orang saja, barulah umat vihara ini
benar-benar serius melatih diri.
Kalau
vihara dibangun kian besar, hati manusia pun berubah, mulanya masih memiliki secuil
niat melatih diri, tetapi sekarang vihara sudah berkembang jadi luas, niat yang
semula melatih diri itu kini berubah jadi mengejar ketenaran dan keuntungan.
Tiap
hari sibuk mengejar ketenaran dan keuntungan, mana punya waktu lagi buat
melatih diri. Alhasil kenikmatan sesaat di dunia ini harus dibayar mahal dengan
siksaan di tiga alam penderitaan. Sungguh tidak pantas. Hal ini mesti dipahami.
Kutipan Ceramah
Master Chin Kung 21 Desember 2010
弘法利生,那一切是隨緣,沒有這個緣不要去攀緣;有這個緣分要很認真珍惜,好好去做,做出成績出來,這就對了。在這個時代,為什麼印祖教我們建小道場?真的就是小茅蓬,人數不超過二十人,關起門來念佛進修。就像中國早年東晉時代慧遠大師,這是我們中國淨土宗第一代的祖師,他在廬山,江西廬山建東林念佛堂,那個時候志同道合的一百二十三個人,他們在一起念佛求生淨土。住的地方有一條小溪叫虎溪,這個就是他的界限,在裡面修行的人不超過這個界限,不到外頭去,不跟外界接觸,個個成就。我們今天建道場建這樣的道場,也要結界一個小範圍,印祖規定的不超過二十人,那就對了,那是我們真正修行的道場。所以道場蓋大了,人心就變了,本來還有點道心,道場大了之後,那個道心就變成名利心。什麼是道?錢是道,名利是道,他走名利道上去了。那個道就是餓鬼道、畜生道、地獄道,他是那種道場,我們得搞清楚。
文摘恭錄 — 淨土大經解演義 (第二二八集) 2010/12/21
Ada
pula yang membangun vihara yang selain luas juga megah, mengundang banyak orang
meninggalkan keduniawian supaya bisa tinggal di dalamnya. Jadi apa tujuan
mereka meninggalkan keduniawian? Supaya bisa menikmati berkah.
Hidup
di dunia ini terlampau susah, bayangkan bisa tinggal di istana megah, alangkah
nyamannya! Mereka meninggalkan keduniawian bukan lagi untuk melatih diri tapi
demi menikmati berkah, “supaya bisa menciptakan lebih banyak karma buruk lagi”.
Ada
pula beberapa praktisi yang memiliki niat terselubung, kelak hendak menguasai
vihara megah tersebut, alhasil terjadilah drama perebutan kekuasaan di
dalamnya, bersaing memperebutkan popularitas dan keuntungan.
Kejadian
begini pernah saya saksikan ketika masih berusia muda, waktu itu saya masih
berada di Taiwan, giat memberi ceramah Dharma, ada sebuah vihara mengundangku
memberi ceramah, saya menyetujuinya dan memberi ceramah di sana selama setengah
bulan. Namun kemudian saya merasa ada yang tidak beres.
Vihara
ini baru didirikan, praktisi non awam di sana semuanya adalah wanita, saya
mengenal kepala vihara yakni seorang Bhiksuni yang telah berusia lanjut, beliau
juga mengenal diriku dengan baik, makanya mengundangku memberi ceramah di
viharanya.
Setengah
bulan kemudian, saya lihat mereka mulai berseteru, ternyata dikarenakan
pembagian jabatan yang dianggap tidak adil. Oleh karena tempo hari ketika pembangunan
vihara baru dimulai, murid-murid Bhiksuni lansia ini sibuk keluar menggalang
dana, jadi ada murid yang berhasil menggalang dana yang lebih besar angkanya,
ada pula yang lebih sedikit.
Sekarang
vihara sudah selesai dibangun, murid yang berhasil menggalang dana yang lebih
besar angkanya, pasti meminta jabatan yang lebih tinggi. Ada yang minta jadi
ketua vihara, ada pula yang minta jabatan jadi ketua kebaktian, ada pula yang
minta jabatan jadi pengawas, semuanya ribut memperebutkan jabatan penting dalam
vihara, mereka pun mulai berseteru.
Ketika
pulang ke Taichung, saya melaporkan kejadian ini kepada Guru Li, Guru Li
berkata : “Sudahlah, tidak perlu dilanjutkan lagi ceramahnya”. Saya menjelaskan
: “Tetapi ceramahku belum selesai”.
Guru Li
berkata lagi : “Tidak apa-apa, ceramah belum selesai merupakan hal biasa,
asalkan melihat vihara tersebut tidak sejalan dengan Dharma, maka cepatlah
angkat kaki”.
Akhirnya
saya meninggalkan vihara tersebut, walaupun materi ceramahku belum selesai. Kami
percaya fenomena di atas pada zaman now merupakan hal yang sudah umum.
Mereka
bukan melatih diri tapi sibuk berseteru di dalamnya, memperebutkan kekuasaan dan
keuntungan, menipu umat, mengelabui Buddha dan Bodhisattva, bagaimana tidak
celaka?
Maka itu
di dalam “Tiga Berkah Karma Suci”, tercantum “Membangkitkan Bodhicitta”, dilanjutkan
dengan butir berikutnya adalah “Meyakini Hukum Sebab Akibat”, andaikata dia
meyakini Hukum Sebab Akibat, saya percaya dia pasti takkan berani membangun
vihara. Mengapa demikian?
Oleh
karena saya terpikir 20 orang berkumpul bersama juga bisa berebutan ketenaran
dan keuntungan, sungguh merepotkan! Lebih baik menyendiri saja, senantiasa
memelihara sebutir hati yang suci, lebih baik meneladani Buddha Sakyamuni,
berdiam dalam kesucian, tidak perlu menangani urusan apapun.
Kutipan Ceramah
Master Chin Kung 21 Desember 2010
還有道場大了,蓋得很輝煌,很多發心人到那裡去出家,出家目的在哪裡?去享福。這世間生活太苦,這麼大的房子,住得多舒服!他不是為修行的,他是為了享福的,為造業的。還有不存好心的,將來要霸佔這個道場的,鬥爭道場,爭名奪利。
這種事情我年輕的時候看過,那個時候在台灣我經常出來講經,有一個寺廟請我講經,我在那裡講了大概半個月,覺得不太對勁。這個道場是新建的,女眾道場,裡頭出家人我也認識,跟我很熟,所以她們來請我講經。講了半個月之後,她們裡面吵架,吵什麼?職務分配不均。因為建道場,這個老比丘尼底下的徒弟出去得化緣,化緣當然有人化得多,有人化得少,回來之後,多的她要爭取,她想做當家,她想做維那,想做知客,要爭這個,爭的時候打起來了。我回到台中把這個事情告訴老師,老師說:算了,別去了。我說:經沒講完。「沒關係,經沒講完也是常事,只要道場不如法,趕快走。」我就離開了,那部經大概講三分之一。我們相信現前道場這是居多數,都是這樣的情形,他不是在辦道,勾心鬥角,爭權奪利,欺騙信徒,欺騙佛菩薩,你說怎麼得了?所以淨業三福,「發菩提心」後頭緊追著「深信因果」,他不相信因果,他相信因果就跟我一樣了,不敢建道場。為什麼?因為我想到二十個人在一起都會爭名奪利,那不麻煩大了!自己落得清淨,還是學釋迦牟尼佛好,落得清淨,什麼事不管。
文摘恭錄 — 淨土大經解演義 (第二二八集) 2010/12/21